ASAL MUASAL DESA DRINGO




Dulu ada seorang yang sakti bernama Sutojoyo. Karena kesaktiannya ia sanggup membuka hutan seorang diri. Begitulah dengan ketekunannya di hutan yang semula lebat bisa menjadi perkampungan yang ramai. Namun sayang perkampungan tersebut belum mempunyai nama. Hingga suatu ketika lewatlah seorang Adipati dari daerah Cirebon yang mau menghadap sang ratu di Mataram. Sewaktu lewat di tempat tersebut kudanya terantuk pada akar yang merintang, dan kuda beserta penunggangnya jatuh ke tanah dan kuda itu mati. Kuda yang malang tersebut oleh sang adipati diberi nama Dringo. Dan di tempat itu pula kuda tersebut dikubur. Dan sebagai pertanda bahwa tempat tersebut adalah tempat menguburkan kuda kesayangannya, sang adipati memberi nama tempat tersebut dengan nama desa Dringo.

Konon diceritakan bahwa di sebelah barat desa Dringo hidup seorang tua yang bernama mbah Engkuk. Mbah Engkuk mempunyai peliharaan seekor cacing yang sebesar kendang (besar namun panjangnya kira-kira satu meter). Adapun cacing tersebut hidupnya di rawa. Suatu hari mbah engkuk mengambil cacing tersebut, namun ketika sampai di darat cacing tersebut hilang entah kemana. Kemudian tempat tersebut oleh mbah Engkuk diberi nama dengan desa Rowocacing. Adapun rawa-rawa yang ada dapat dijumpai tiap musim hujan, namun pada musim kemarau air rawa tersebut tidak ada lagi.

Di edit oleh : Nurrochim, S.Pd Guru Sejarah SMA Negeri 2 Batang

0 Comments